Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

Zikir; Mengingat Allah

Manusia memiliki kawan dekat bernama gelisah bin galau. Kapan kawan dekat itu bertamu? Kala hati dan pikir manusia tidak tenang. Apa yang membuat manusia galau? Banyak hal. Salah satunya, Allah Menyebutkan dalam QS. Al-Taubah: 24. Di ayat itu Allah memberikan daftar. Yaitu: 1. Orangtua 2. Keturunan 3. Saudara 4. Pasangan 5. Keluarga 6. Harta kekayaan 7. Perdagangan yang dikhawatirkan merugi 8. Rumah-rumah yang kita cintai dan banggakan Bila kedelapan daftar kecintaan di atas memenuhi dan melebihi cinta kita pada Allah dan RasulNya, maka ancaman Allah pasti nyata. Perasaan dan pikiran selalu kita arahkan pada hal duniawi yang pasti pergi, rusak, dan tidak abadi. Jiwa menjadi tidak tenang. Kemrungsung. Bagaimana agar kita terhindar dari galau bin cemas bin senewen? Zikir jawabannya. Allah swt. Berfirman: " Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi ten

Orang yang Dirindukan Nabi Muhammad

بكى رسول الله يومًا, فقالوا: ما يبكيك يا رسول اللّه؟ قال: اشتقت لأحبابي, قالوا: أولسنا أحبابك يا رسول الله؟ قال: لا أنتم أصحابي, أما أحبابي فقوم يأتون من بعدي يؤمنون بي ولم يروني, فهل اشتقتم للحبيب كما اشتاق لهم الذي أحبكم ولم يركم؟ Suasana di majlis Nabi saw. seketika hening. Sahabat-sahabat utama nabi merasakan kecemburuan yang luar biasa. Bahkan Abu Bakar ra. membenamkan wajahnya dalam-dalam. Ikut merasakan emosi yang bergejolak di hati Nabi saw. Manusia agung tsb. merindukan saudara-saudaranya. Matanya basah sebab kerinduan yang menggelora. Seorang sahabat menyeletuk, "Kami kan saudara-saudaramu ya, Nabiyallah." "Bukan. Kalian sahabat-sahabatku. Kali ini rinduku tertuju pada saudara-saudaraku yang mengimaniku meski mereka tidak melihatku dan tidak sezaman denganku." Jawab Nabi saw. tegas sekaligus syahdu. Rupanya jarak dan masa bukan ukuran penilaian keshalihan bagi Nabi saw. Bertemu dengan wajah Nabi saw. tidak menjadi kriteria kecintaan yang men

Memakmurkan Masjid

Gambar
Memasuki bulan Ramadan umat Islam berlomba-lomba untuk mendekatkan diri kepada Allah. Salah satu cara untuk mendekat kepada Allah ialah beribadah dengan penuh keikhlasan di masjid. Masjid merupakan rumah Allah di muka bumi. Mereka yang memakmurkan masjid merupakan keluarga Allah. Apakah kita bagian dari keluarga Allah? Dalam QS. Al-Taubah/9: 18 Allah telah mengidentifikasi siapa yang akan memakmurkan masjid. Mereka itu adalah: Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian Orang yang menegakkan shalat Orang yang menunaikan zakat Orang yang tidak takut pada apapun kecuali kepada Allah Artinya: "Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakn shalat, menunaikan zakat, dan tidak kepada (apapun) kecuali Allah. Maka mudah-mudahan mereka mendapatkan petunjuk." QS. Al-Taubah/9: 18. Berdasarkan ayat di atas, Al-Thabari dalam tafsirnya menjelaskan bahwa

Masa Lalu

Gambar
Alkisah. Siswi kelas 5 Sekolah Dasar melihat dari balik kaca, dengan ujung telapak kaki terangkat. Pandangannya tertuju pada ruang yang dipenuhi oleh guru pembimbing, teman-teman sekelas dan adik angkatan. Ia diliputi perasaan harap bercampur sedih. Harapan untuk ikut serta masuk dalam ruangan. Sedih, nyatanya ia bukan bagian dari mereka. Ia tidak dihinggapi rasa putus asa. Meski ia tak terpilih sebagai peserta kemah, ia tetap mengunjungi area kemah. Ia tahu teman-temannya sedang belajar tali temali dan cabang-cabangnya dalam pramuka. Ia senang mengamati penjual jajanan yang ikut memeriahkan kemah. Lebih-lebih suasana malam. Ngipeng tidak lagi mati, tak dipenuhi Gerduwo dan Kuntilanak. Ngipeng mendadak ramai oleh tenda, lampu, dan manusia. Saya adalah siswi kelas 5 MI/Madrasah Ibtidaiyah di atas. Saat ini saya bertanya-tanya pada diri sendiri. Mengapa saya tidak terpilih sebagai peserta kemah? Apa yang kurang dari saya? Apakah saya tukang ribut? Atau saya kurang keren? Tak da

WHO AM I?

Siapa Sesungguhnya Kita? Kita adalah TURIS di dunia ini. Rasulullah saw. bersabda, كُنْ فِي الدُّنْيَا كَاَنَّكَ غَرِيِبٌ اَوْ عَابِرِ سَبِيْل (رواه البخاري) (Kun Fiddunya Kaannaka Ghariibun au 'aabiri Sabiil). Artinya: "Hiduplah di dunia seperti orang asing atau seperti orang yang sedang dalam perjalanan panjang." (H.R. Bukhari). Bagaimana seharusnya orang asing itu bersikap? Orang asing akan selalu berhati-hati. Karena dia belum paham betul daerah yg dikunjungi. Ia akan merasa takut untuk melakukan hal buruk. Kemudian supaya manusia itu selalu ingat bahwa ia orang asing di dunia ini, dan rumah asalnya adalah SURGA, ia harus selalu mengingat nasehat-nasehat yg ada di dalam al-Quran. Allah swt. berfirman dalam Q.S. al-Nahl/16: 18 وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ (18) Artinya, "Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh Allah benar-bemar Maha Pengampun, Maha Pen

IBADAH DAN TINGKATAN DERAJAT PELAKUNYA

Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Bentuk-bentuk ibadah 1. Ibadah hati: mencintai Allah, takut padanya, bertawakkal kepadanya. Ini termasuk ibadah yang paling mulia dan utama. 2. Ibadah fisik: Diantaranya ibadah yang dilakukan dengan lidah, seperti dzikrullah, membaca al-Qur’an, dan berkata baik. Ada pula ibadah yang terkait dengan anggota fisik lainnya, seperti wudhu, puasa, shalat, menghindarkan gangguan di jalan. 3. Ibadah lewat harta:seperti zakat, sedekah, infaq dalam aspek-aspek kebaikan. Tiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda dalam menjalankan ibadah. Ada yang suka puasa. Segala jenis puasa ia tegakkan; wajib dan sunah. Ada yang senang shalat, wajib maupun sunah. Ada yang cinta infaq dan bersedekah. Ada yang memilih senyum, seringan-ringannya sedekah. Pilihan dari beragam cara ibadah tersebut rupanya melahirkan derajat pelakunya. Dari yang te