Orang yang Dirindukan Nabi Muhammad

بكى رسول الله يومًا, فقالوا: ما يبكيك يا رسول اللّه؟ قال: اشتقت لأحبابي, قالوا: أولسنا أحبابك يا رسول الله؟ قال: لا أنتم أصحابي, أما أحبابي فقوم يأتون من بعدي يؤمنون بي ولم يروني, فهل اشتقتم للحبيب كما اشتاق لهم الذي أحبكم ولم يركم؟

Suasana di majlis Nabi saw. seketika hening. Sahabat-sahabat utama nabi merasakan kecemburuan yang luar biasa. Bahkan Abu Bakar ra. membenamkan wajahnya dalam-dalam. Ikut merasakan emosi yang bergejolak di hati Nabi saw.

Manusia agung tsb. merindukan saudara-saudaranya. Matanya basah sebab kerinduan yang menggelora. Seorang sahabat menyeletuk,

"Kami kan saudara-saudaramu ya, Nabiyallah."

"Bukan. Kalian sahabat-sahabatku. Kali ini rinduku tertuju pada saudara-saudaraku yang mengimaniku meski mereka tidak melihatku dan tidak sezaman denganku." Jawab Nabi saw. tegas sekaligus syahdu. Rupanya jarak dan masa bukan ukuran penilaian keshalihan bagi Nabi saw. Bertemu dengan wajah Nabi saw. tidak menjadi kriteria kecintaan yang mendalam. 

Kesungguhan dalam beriman, meyakini dan mengamalkan secara sempurna ajaran-ajaran Nabi saw. lah yang mengundang rindunya untuk berjumpa saudara-saudaranya. Insya Allah saudara yang dirindukan Nabi saw. itu adalah kita umat akhir zaman. Selayaknya bagi kita untuk memenuhi kerinduan Nabi saw. dengan perbuatan-perbuatan yang dilakukannya dengan sungguh-sungguh.

Penjelasan kriteria saudara-saudara yang Nabi saw. maksudkan ada dalam riwayat hadis yang lain berikut ini.

يَأْتِي قَوْمٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ نُورُهُمْ كَنُورِ الشَّمْسِ، قَالَ أَبُو بَكْرٍ: نَحْنُ هُمْ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: لاَ وَلَكُمْ خَيْرٌ كَثِيرٌ وَلَكِنَّهُمْ الْفُقَرَاءُ وَالْمُهَاجِرُونَ الَّذِينَ يُحْشَرُونَ مِنْ أَقْطَارِ اْلأَرْضِ، ثم قَالَ: طُوبَى لِلْغُرَبَاءِ، طُوبَى لِلْغُرَبَاءِ، قِيْلَمَنْ الْغُرَبَاءُ؟ قَالَ: نَاسٌ صَالِحُونَ فِي نَاسِ سَوْءٍ كَثِيرٍ مَنْ يَعْصِيهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيعُهُمْ

Akan datang suatu kaum kepada Allah pada hari akhir nanti. Cahaya mereka bagaikan cahaya matahari. Abu Bakar berkata, “Apakah mereka itu kami wahai Rasulullah (muhajirin awwal)?” Rasulullah bersabda, “Bukan, tapi kalian mempunyai banyak kebaikan.” Mereka adalah orang-orang fakir yang berhijrah. Mereka berkumpul dari berbagai penjuru bumi.” Kemudian beliau bersabda, “Kebahagian bagi orang-orang yang terasing, kebahagiaan bagi orang-orang yang terasing.”

Ditanyakan kepada beliau, “Siapakah orang-orang yang terasing itu?” Beliau salllahu ‘alaihi wasallam. bersabda, “Mereka adalah orang-orang shalih, yang jumlahnya sedikit di antara manusia yang buruk (orang-orang yang membangun kebaikan (din) di saat kebanyakan orang merusaknya dan jumlah mereka memang sedikit, karena apa yang mereka lakukan sulit difahami orang-orang karena Islam hanya sebatas nama, masjid megah tapi jauh dari hidayah, wahn – cinta dunia dan takut mati dan seterusnya). Orang yang menentang mereka lebih banyak dari pada orang yang menaatinya (para taghut dan para pengikutnya, termasuk orang orang jahil yang harus selalu kita ingatkan, termasuk para pemuka agama yang salah jalan, juga orang orang yang berfihak kepada kebatilan).”

Kemudian Buya Hamka mengkisahkan pada kita sebuah analogi perintah raja kepada prajurit-prajuritnya. Sang raja memerintahkan prajurit untuk melakukan perjalanan di malam yang gelap gulita dan memungut apapun yang ditemukan prajurit saat menyeberangi kali.

Prajurit I: Tidak memungut apapun. Karena ia menganggap kali cuma dipenuhi bebatuan.
Prajurit II: Memungut batu sekedarnya. Di samping ia meremehkan batu ia juga tunduk pada perintah raja untuk memungutnya.
Prajurit III: Ia memungut apapun yang ditemukannya. Meski ia kepayahan membawa bebatuan ia tetap melakukannya.

Tiba saat fajar menyingsing. Cahaya matahari terang benderang menyorot penemuan-penemuan prajurit. Prajurit I menyesal. Anggapannya keliru. Hal yang disangkanya bebatuan ternyata adalah intan berlian. Prajurit II menyesali kebodohannya juga. Mengapa ia hanya memungut sedikit. Andai ia tahu sebelumnya. Prajurit III yang paling beruntung di antara mereka. Ketaatannya pada perintah sang raja menjadikan orang yang kaya raya.

Ramadan merupakan hadiah istimewa dari Sang Raja dari Segala Raja untuk hamba-hambaNya. Keistimewaannya telah tersiar melalui surat cinta Sang Raja (al-Quran) dan surat cinta NabiNya (al-Sunnah). Mari kita sambut dengan perbuatan-perbuatan yang mengundang keridhaan Allah swt.

Catatan 22 Mei 2018.
Masjid Babussalam, Lembah Pinus Sasmita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memakmurkan Masjid

Bermain di Kamar