Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2022

Ronggeng Dukuh Paruk

Gambar
Dukuh Paruk. Namanya aneh, berkali-kali aku menyebutnya Dukuh Paruh. Penduduknya juga aneh-aneh. Menurut kaca mata agamawan tentu. Karena ternyata mereka tidak merasa aneh dgn perilaku dan kenyataan hidup yang sudah mereka jalani. Cabul, dungu dan miskin. Tiga kata itu melekat erat pada dukuh Paruk. Ronggeng dekat pada hal-hal cabul. Dungu mewakili rasa bangga dukuh Paruk atas profesi ronggeng. Kemiskinan, kukira harga mahal yang harus mereka bayar dari kedunguan. Namun, cabul, dungu dan miskin tak selalu meniadakan spiritualitas. Mereka juga kerap meminta petunjuk pada tanda-tanda alam dalam membaca hidup. Terutama sekali petunjuk itu mereka pintakan pada Ki Secamenggala, bromocurah, pendiri dukuh Paruk yang menepi dan mati di dukuh itu. Tokoh utama, Srinthil, sungguh tidak mudah melakoni perannya. Pertama, menjadi ronggeng adalah pilihannya sendiri. Keutuhan dan kedaulatan dirinya ada pada profesi itu. Dan untuk menjadi ronggeng membutuhkan SIM (Surat Ijin Meronggeng). Makin miris se