Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2020

Prakata Pendidikan Rumah

Gambar
Belakangan animo orangtua untuk mempelajari homeschooling semakin tinggi. Ada yang sekedar ingin tahu. Ada yang benar-benar ingin memindahkan pendidikan formal anak ke informal (homeschooling). Melalui webinar demi webinar, pelaku homeschooling seperti mendapat kesempatan emas untuk mengenalkan diri, baik dari segi legalitas maupun kurikulum yang telah mereka terapkan. Di balik keriuhan ini, jelas ada kegelisahan berjamaah dalam membincangkan sistem pendidikan di negeri tercinta; Indonesia. Ada semacam ketidakpuasan di hati orangtua yang anaknya terpaksa melakukan pembelajaran jarak jauh. Seperti anak dan orangtua stress, sementara ada tuntutan tinggi kepada guru dan sekolah. Lantas solusi apa yang mampu mendamaikan kekacauan hati orangtua, anak dan sistem sekolah ini? Sistem sekolah formal kita memang mengambil aliran yang mementingkan pendidikan yang bersifat utilitarian. Sekolah hanya menghasilkan anak didik yang siap kerja di dunia industri. Hasil didikan yang hanya siap sukses mer

Gabut

Gambar
Mama sedang galau. Perasaannya serba salah. Lalu Mama memutuskan mandi dan shalat zuhur tepat waktu. Siapa tahu galaunya hilang. Selesai shalat, si galau tak jua pergi. Mama lalu menjemur pakaian. Mencuci pakaian yang tersisa. Si galau masih menetap. Mama baca buku. Tiga buku yang berbeda tema; parenting, akidah akhlak dan biografi. Si galau tetap betah.  Kemudian Mama menyampaikan ke Nawa dan Mada, saat itu sepupu mereka, Haifa, sedang main di rumah Nawa dan Mada. "Anak-anak, aku mau pergi beli camilan di Am*nd* Bakery ya. Kalian bertiga berani kan aku tinggal di rumah?" Ujar Mama. Saat itu mereka bertiga sedang makan siang. "Berani-berani aja, Mama." Balas Nawa dan Mada. Sebenarnya Mama agak khawatir meninggalkan mereka bertiga di rumah. Apakah mereka akan aman, begitu benak Mama. Mengingat jarak toko roti dan rumah tidak dekat. Butuh waktu 20 menit untuk pergi, pilih-pilih camilan dan pulang kembali. Mama bertanya pada mereka, "Pintu gerbang Mama kunci ya?&q

Bermain di Kamar

Gambar
“Ayo kita lompat, Dik.” Ajak Nawa, dari pinggiran tempat tidur, yang menjadi papan lompat. “Kamu duluan, Mas, yang lompat.” Kata Mada. Nawa dan Mada bermain di kasur. Di kamar tidur yang mereka gunakan untuk istirahat bersama Bapak dan Mama. Mereka senang main lompat. Tertawa sepuasnya. Tapi kali ini mereka ingin melompati kelambu lentur yang dilipat Bapak dan ditaruh di pojokan tempat tidur. Bantal dan guling mereka tumpuk. Mereka gunakan sebagai tangga lompatan. “Ayo, Dik, kita mulai lompat. Bareng ya.” Ajak Nawa kembali. Rasa bahagia memenuhi wajahnya. “Kita bareng ya lompatnya. Aku hitung sampai tiga ya.” Seru Nawa berulang kali. Lalu pecah tangisan suara Mada. Tangisan kesakitan. Terdengar menyayat hati. “Hei, hei.” Ujar Mama. “Kenapa Adik menangis?” Mada menjelaskan panjang lebar. Tak lupa sesenggukan. Ketika mereka bersepakat lompat bersama dari ujung tempat tidur. Mada belum juga siap, tetapi Nawa terlanjur menarik tangannya. Wajah Mada terjerembab ke kasur. Tangann