Gabut

Mama sedang galau. Perasaannya serba salah. Lalu Mama memutuskan mandi dan shalat zuhur tepat waktu. Siapa tahu galaunya hilang. Selesai shalat, si galau tak jua pergi. Mama lalu menjemur pakaian. Mencuci pakaian yang tersisa. Si galau masih menetap. Mama baca buku. Tiga buku yang berbeda tema; parenting, akidah akhlak dan biografi. Si galau tetap betah. 

Kemudian Mama menyampaikan ke Nawa dan Mada, saat itu sepupu mereka, Haifa, sedang main di rumah Nawa dan Mada. "Anak-anak, aku mau pergi beli camilan di Am*nd* Bakery ya. Kalian bertiga berani kan aku tinggal di rumah?" Ujar Mama. Saat itu mereka bertiga sedang makan siang. "Berani-berani aja, Mama." Balas Nawa dan Mada.

Sebenarnya Mama agak khawatir meninggalkan mereka bertiga di rumah. Apakah mereka akan aman, begitu benak Mama. Mengingat jarak toko roti dan rumah tidak dekat. Butuh waktu 20 menit untuk pergi, pilih-pilih camilan dan pulang kembali. Mama bertanya pada mereka, "Pintu gerbang Mama kunci ya?" 

Mereka bertiga mengiyakan. Lalu Nawa melontarkan pertanyaan, "Mama, kalau ada maling bagaimana? Kan maling bisa melompat dari pagar. Aku saja bisa melakukannya." Iya juga, pikir Mama. Lalu Mama menawarkan solusi, "Kalau pintu rumah Mama kunci juga, bagaimana menurut kalian?"

"Harusnya kita beli topeng hantu, Mama. Supaya malingnya takut." Usul Mada. Membuat Mama tertawa. Namun karena Mada serius menyampaikan usulnya, Mama mendengar dengan seksama. "Eh, Dik, kan bukan hallowen. Kenapa harus pakai topeng hantu?" Jawab Nawa. 

Mama heran dengan Nawa. Belakangan ini dia kerap menyampaikan info baru. Semakin banyak info yang dia tahu. "Juga kita kan di Indonesia. Tidak ada hallowen di sini. Adanya di Inggris. Iya kan, Ma?" Tanya Nawa selanjutnya. Kemudian yang membuat Mama surprise kembali, Haifa ikutan menyeletuk, "Kalau kita jadi pakai topeng, masa hantunya kecil-kecil? Memang maling takut sama hantu kecil?" Hahaha. Mereka semua tertawa bersama.

Percakapan masih berlangsung. Nawa malah mengkisahkan pengalamannya dulu di RPTRA Mawar. "Mama, aku dulu pernah baca buku di perpustakaan ya. Ceritanya si Rakun ditinggal Mama dan Papanya pergi ke rumah nenek. Rakun sendirian di rumah. Karena tidak mau diajak. Lalu ada kelinci besar yang jahat yang mau memakan dia. Mengiming-imingi permen. Mengaku sebagai kawan dari orangtuanya. Lalu rakun memutar otak dan menelpon polisi zarafah. Selamat deh dia."

Mama masih mikir keras. Bagaimana pergi ke toko roti dengan hati tenang meninggalkan tiga anak di rumah. Tiba-tiba Haifa memberi ide, "Kenapa tidak pergi beli camilan di Ibu Fadi aja, Lek Titin? Kan dekat." Mama menjawab, ingin camilan yang berbeda.

Tiba-tiba saja sebuah pengeras suara menggema. Menawarkan buah-buahan. Mama tidak jadi pergi ke toko roti. Dia membelanjakan uangnya untuk buah. Galau Mama berkurang. Berkat percakapan dengan Nawa, Mada dan Haifa galau Mama berangsur membaik. Sementara Nawa, Mada dan Haifa bersenang-senang dengan sepeda masing-masing. 


Potret Nawa dan Mada yang diambil siang tadi oleh Haifa.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang yang Dirindukan Nabi Muhammad

Memakmurkan Masjid

Bermain di Kamar