IBADAH DAN TINGKATAN DERAJAT PELAKUNYA

Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.

Bentuk-bentuk ibadah

1. Ibadah hati: mencintai Allah, takut padanya, bertawakkal kepadanya. Ini termasuk ibadah yang paling mulia dan utama.

2. Ibadah fisik: Diantaranya ibadah yang dilakukan dengan lidah, seperti dzikrullah, membaca al-Qur’an, dan berkata baik. Ada pula ibadah yang terkait dengan anggota fisik lainnya, seperti wudhu, puasa, shalat, menghindarkan gangguan di jalan.

3. Ibadah lewat harta:seperti zakat, sedekah, infaq dalam aspek-aspek kebaikan.

Tiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda dalam menjalankan ibadah. Ada yang suka puasa. Segala jenis puasa ia tegakkan; wajib dan sunah. Ada yang senang shalat, wajib maupun sunah. Ada yang cinta infaq dan bersedekah. Ada yang memilih senyum, seringan-ringannya sedekah. Pilihan dari beragam cara ibadah tersebut rupanya melahirkan derajat pelakunya. Dari yang terendah hingga derajat yang paling tinggi.

Tingkatan derajat Pelaku Ibadah Menurut Ibnu Ajibah;

اَلْعَوَّامُ

Memiliki arti, pelaku berbuat karena Allah semata, namun masih
menginginkan bagian dunia dan akhirat, seperti kesehatan dan kekayaan –Rizki yang melimpah , juga kemegahan di surga serta bidadari.

اَلْخَوَّاصُ

Pelaku ibadah hanya menginginkan bagian akhirat tanpa memperdulikan bagiannya di dunia.

خَوَّاصُ الْخَوَّاصِ

Orang yang melepaskan seluruh keinginan atau bagian kesenangan serta balasan dunia dan akherat. Persembahan mereka semata-mata hanya untuk merealisasikan ubudiyah sekaligus melaksanakan hak dan perintah Ke-Tuhanan (Rububiyah), karena cinta dan rindu untuk melihat Allah SWT.

Berdasarkan tingkatan pelaku ibadah di atas, tentu akan melahirkan pertanyaan penting. Bagaimana dengan kami yang mengistiqamahkan al-Waqi'ah dengan niat melepaskan diri dari kesulitan hidup? Menurut Imam al-Ghazali hal itu dibolehkan. Dengan catatan keinginan dunia dijadikan modal untuk kemudahan dalam beribadah. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw:

كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَةِ الدُّنْيَا فَيُصِيْرُ مِنْ أَعْمَالِ الآخِرَةِ بِحُسْنِ النِّيَّةِ, وَكَمْ مِنْ عَمَلٍ يـَتَصَوَّرُ بِصُوَرِ الآخرة فَيَصِيْرُ مِنْ أَعْمَالِ الدُّنْيَا بِسُوْءِ النِّيَّةِ

Artinya: "Betapa banyak amal yang berbentuk amal dunia tetapi menjadi amal akhirat karena baiknya niat dan betapa banyak amal yang berbentuk amal akhirat tetapi jadi amal dunia belaka karena jeleknya niat."

Kemudian, tingkatan lain menurut Imam Ali ibn Abi Thalib,  كرم الله وجهه, ada tiga tingkat, yaitu:

1.اَلْتُّجَّارُ

Ibadahnya para pedagang – Maksudnya, ibadah seperti ini bentuk ibadah yang mengharapkan imbalan surga dari Allah. Golongan pertama ini melakukan amal shaleh atau ibadah semata-mata hanya tergiur oleh pahala yang besar di sisi Allah berupa Surga.

٢. اَلْعَابِدُ

Pada golongan yang kedua ini, pelaku melakukan ibadah kepada Allah karena takut akan siksa-Nya. Sebagaimana seorang budak yang takut kepada tuannya bila tidak patuh dengan perintah. Maka golongan ini disebut dengan ibadahnya seorang budak.

٣. اَلْعَارِفِيْنَ

Golongan ketiga adalah golongan muslim yang beribadah kepada Allah didasari atas rasa syukur kepada-Nya. Amal shaleh dengan dasar niat seperti tersebut terbilang cukup bijaksana, karena itulah golongan ketiga ini disebut dengan ibadah orang-orang yang bijak atau arif.

Tingkatan derajat selanjutnya, menurut Abu Bakar as-Shiddiq, yang dikutip oleh Imam Nawawi dalam kitab نَصَاءِحُ الْعِبَادِ:

١. اَلْعِبَادِ

Yaitu orang yang mengerjakan ibadah karena mengharap imbalan dari Allah, baik imbalan berbentuk materi, kesejahteraan di dunia maupun imbalan surga kelak di akhirat.

٢. اَلْمُرِيْدِيْنَ

Yaitu orang-orang yang taat beribadah agar bisa dekat dengan Gusti Allah, agar segala kotoran dan tabir yang menghalangi hatinya terhadap Gusti Allah tersingkirkan.

Menurut Abudin Nata kata murid diartikan sebagai orang yang menghendaki untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman dan kepribadian yang baik sebagai bekal hidupnya agar bahagia dunia dan akhirat dengan jalan belajar sungguh-sungguh.

٣. اَلْعَارِفِيْنَ

Yakni hamba-hamba Allah yang bulat hati, tekun beribadah dan banyak beramal saleh semata-mata karena Allah. Tidak sedikit pun mengharap balasan, tidak mengharap pahala dan rahmat-Nya, karena ia sudah amat menikmati apa pun yang ditentukan oleh Allah untuknya. Pahala dan rahmat Allah itu, menurut orang-orang arifin merupakan hak mutlak Allah. Mereka sudah cukup puas bila dapat menunaikan sesuatu yang terbaik bagi Allah.

Di antara masing-masing tingkatan yang telah kami jelaskan di atas, tingkatan ketigalah (khawwashul khawwash, al-'Aarifiin, dan al-'Aarifiin) yang paling mulia. Lalu bagaimana mencapai derajat kemuliaan yg telah dicapai hamba-hamba shalih tersebut?

Ibu Noor Hamidah, kepala sekolah PAUD dan KB TK Naura memberikan tips berikut ini.

1. Semangat menuntut ilmu. Salah satunya dengan menghadiri ta'lim di majlis-majlis terdekat. Terutama sekali ta'lim di masjid Babussalam, komplek Lembah Pinus Sasmita. Ibu Noor juga mengingatkan pada kita, siapa saja yang memakmurkan masjid akan mendapat  naungan Allah di akhirat kelak.

2. Memperbanyak stok syukur. Karena dengan rasa syukur akan membuat kenikmatan Allah bertambah pada kita.

3. Memperbanyak ibadah. Baik ibadah pribadi. Seperti zikir, puasa, shalat, dan zakat. Maupun ibadah sosial. Seperti sedekah, kerja bakti lingkungan, senyum, dan banyak lagi yang lainnya. Salah satu tanda syukur ada pada seseorang adalah peningkatan kualitas dan kuantitas ibadahnya.

4. Senantiasa mengingat filsafat jatuh di pematang sawah. Apabila kita terpeleset dalam melakukan kebaikan, bangun kembali. Bila kita terpelanting menegakkan ibadah, kita wajib memompa semangat lebih besar lagi.

Dengan demikian, apabila kita melakukan tips-tips Ibu Noor di atas, diharapkan:

1. Keimanan kita bertambah
2. Kita memiliki rutinitas yang baik
3. Kita menjalankan perintah Allah dengan semangat yang membara
4. Ketenangan jiwa kita teraih dengan mudah

Ibu Noor juga mengingatkan sebentar lagi kita umat muslim akan menghadapi bulan Ramadhan. Kita memiliki kesempatan besar untuk melakukan ibadah pribadi maupun ibadah sosial sebanyak-banyaknya. Beliau juga menasehatkan kedermawanan para sahabat di bulan Ramadan bagai rintik air hujan yang mengucur deras. Sangat dermawan. Bahkan mereka berlomba-lomba memberikan harta terbaik mereka.

Bulan Ramadan yang spesial telah di depan mata, segera tiba. Mengapa spesial? Ibu Noor menyebutkan, nama-nama lain dari Ramadan:

1. Bulan al-Quran. Di mana al-Quran diturunkan pada 17 Ramadan.

2. Bulan diskon besar-besaran. Bila kita membaca al-Quran di luar bulan Ramadan satu hurufnya berpahala sepuluh, maka pada Ramadan diganjar 700x lipat. Lebih-lebih bila kita beruntung menjumpai malam 1000 bulan dalam keadaan beribadah. Maka insya Allah amal ibadah kita melebihi usia kita.

3.Bulan puasa. Puasa merupakan salah satu bentuk ketaatan kita pada Allah. Sungguh, kalau kita mau bisa saja tidak puasa toh di rumah kita telah tersedia makanan. Namun keimanan kita kepada Allah menahan untuk melakukan maksiat kepadaNya.

4. Bulan pendidikan. Pada bulan Ramadan Allah menetapkan waktu, kapan kita menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa dan kapan dibolehkan untuk berbuka. Kebutuhan kita (makan dan minum) dilarang pada jam jam tertentu. Kesenangan kita (beribadah hubungan suami istri) diharamkan dari fajar hingga adzan maghrib berkumandang. Tubuh kita dipaksa/dididik untuk lapar. Jiwa kita dikondisikan/didik untuk taat.

Ibu Noor juga menjelaskan QS. Al-Baqarah/2 ayat 183-186. Insya Allah di lain kesempatan saya akan menuliskannya. Terima kasih, Ibu Noor yang memiliki senyum otomatis, terima kasih Ibu Muth yang mempunyai kharisma dan keramahan, dan terima kasih pula pada ibunda Felisa yg mengajak saya bergabung ta'lim di masjid tercinta kita, masjid Babussalam. Tanpa ajakan Bunda Yuli tak mungkin silaturahmi ini terjalin. Mohon maaf bila ada kesalahan dalam menulis.

Titin Mufarrahah

Komentar

  1. ماشاءالله
    Luar biasa bunda yang satu ini produktif sekali...
    تبارك الرحمن
    hayu, menjadi laskar Allah bersama kita memakmurkan masjid kita Masjid Babussalam Lembah Pinus Kampung Belajar 💪😗

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, terima kasih, Bu Noor, telah silaturahmi di blog saya.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang yang Dirindukan Nabi Muhammad

Memakmurkan Masjid

Bermain di Kamar