Ramadan, O Kekasih

Ramadan,
Menyambutmu penuh sukacita ciri keimanan
Ramadan,
Mencumbuimu adalah dambaan
Ramadan O Ramadan,
Pada malam-malammu ada seribu bulan
Ramadan,
Dirimu mendapat kehormatan diturunkannya al-Quran
Ramadan,
Kaum papa terhibur oleh harta sang dermawan
Ramadan O Ramadan,
Kebaikan yang kami lakukan pahalanya terlipat gandakan
Ramadan,
Hanya di bulanmu terjadi sale besar-besaran dan diskon tak karuan
Ramadan O Ramadan,
Aku berharap semua orang mendapat kesempatan mereguk kesucian

Kurang lebih tiga bulan lagi kita akan kedatangan tamu kehormatan yg bernama Ramadan. Di bulan itu, semua muslim dan muslimah mendapatkan mandat dari Allah swt untuk melaksanakan ibadah yang paling rahasia, yakni puasa. Saya jadi (agak) paham, mengapa Allah swt melipatgandakan semua jenis kebaikan yg kita lakukan pada bulan ini.

Pertama, niat yg kita ikrarkan (usai  melaksanakan shalat tarawih) menjadikan keseluruhan aktifitas kita pada keesokan harinya menjadi ibadah. Bahkan tidur kita dinilai ibadah. Apalagi bacaan al-Quran kita, sedekah kita, shalat kita, zikir kita, infaq kita, zakat kita. Lebih-lebih usaha keras kita untuk menahan dari perkara yg membatalkan puasa. Seperti menahan marah, menahan ghibah padahal ingin sekali melakukannya.

Kedua, puasa merupakan perkara yg paling rahasia antara hamba dan Tuhannya. Boleh jadi kita mengaku puasa di hadapan manusia, dan tak seorang pun tahu bila kita membatalkannya. Rugi sekali bila kita tidak berlatih untuk ikhlas pada amalan rahasia tsb. Pahala puasa bersifat rahasia pula. Bahkan malaikat yg berjuluk al-Muqarrabin tidak mengetahuinya.

Tepat sepekan lalu, tadarus al-Quran Majlis Taklim Babussalam tiba di al-Baqarah ayat 182-187. Ayat ke 186 diapit ayat-ayat yang menjelaskan puasa Ramadan. Di dalamnya dibahas seluk beluk doa. Bila kita melangitkan doa di bulan Ramadan, ada seorang mufassir yang memberi garansi pasti doa kita dijawab oleh Allah swt.

Sebab turunnya ayat 186 adalah ketika seorang sahabat bertanya pada Rasulullah saw posisi Allah dengan hambaNya dekat atau jauh? Bila Allah swt jauh, perlukah kita teriak menyapaNya? Bila dekat bisakah kita berbisik saja? Lalu Allah swt Menjawab pertanyaan sang sahabat dan memberi gambaran jelas adab berdoa pada Allah swt. 

Ayat 186 menginfokan pula pada kita bahwa ada pendoa yang di sisi Allah swt tidak dianggap sedang berdoa. Wah habislah GR kita ya. Info itu membuat kita bertanya-tanya; lalu bagaimana supaya kita dianggap telah berdoa oleh Allah swt?

Pertama tentu ada syarat dan ketentuannya. Di ayat 186 ada kalimat, "Hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku," yang berarti kita diwajibkan memenuhi ketaatan dan kepatuhan kepada Allah swt. Memperhatikan waktu dan tempat berdoa, seperti yg diinfokan oleh Rasulullah saw berikut ini:

Saat turun hujan
Pada hari Jumat
Antara adzan dan iqamah
Saat dalam perjalanan
Saat keadaan dizalimi
Doa yg dipanjatkan dengan tulus
Tidak minta disegerakan
Selalu melakukan kebaikan
Tidak melakukan dosa
Setelah menegakkan shalat lima waktu
Saat di multazam
Saat di hijr Ismail
Saat melakukan thawaf
Saat puasa hingga berbuka

Dan kondisi jiwa yg tak kalah pentingnya dan merupakan bagian ketaatan pada Allah swt adalah hidup tak sekedar percaya dan yakin akan adanya Allah swt, namun juga menggantungkan keyakinan atas semua harapan baik kita kepadaNya. Kondisi jiwa ini menghantarkan kepada kita untuk memahami dengan hati yg tulus atas info yg diberikan Rasulullah saw bagaimana cara Allah swt menjawab doa hambaNya.

Yakni, diberi persis sesuai dengan keinginan hamba. Ditunda, baik di dunia maupun di akhirat. Diganti yg lebih baik dari isi doa. Dan doa yg kita lantunkan menjadi perisai musibah yg akan menimpa kita. Bukankah semua keadaan ini indah semua? Mari terus menerus mengucap doa saat ini, nanti dan selama Allah swt belum Memisahkan nafas dari badan kita. Amin.

Melihat keistimewaan bulan Ramadan yg tiada duanya, rasanya nyes (adem) sekali saat Ustazah Muthmainnah mengingatkan doa yg diajarkan Rasulullah saw,

"Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadan."

Saya salah satu fans Ustazah Muthmainnah. Bagaimana tidak. Sebelum beliau bicara saja, aura kebaikannya kuat sekali. Nada suaranya sabar. Senyumnya mudah sekali mengembang. Doa saya semoga beliau jauh lebih baik dari apa yang saya tulis. Amin.

Kalimat yg saya paling ingat sewaktu beliau bicara soal Ramadan, ialah saat Ramadan nanti kita tidak berlatih lagi untuk berbuat baik namun Ramadan adalah waktu yg paling tepat kita panen kebaikan. Lalu saya menafsirkan kalimat Ustazah Muth tsb. Bahwa saat Ramadan tiba kita telah siap menyambutnya dengan amalan-amalan dan tidak ada lagi beban dalam mengerjakannya.

Tentu sebelum Ramadan tiba kita telah berlatih keras mengerjakan sejumlah amalan untuk mengisinya dengan maksimal. Untuk membentuk satu kebiasaan, misalnya shalat dhuha, butuh melakukannya secara konsisten selama 30 hari. Tidak boleh putus. Nah silahkan amalan apa saja yg akan diperjuangkan untuk mengisi Ramadan nanti, kita latihkan dari sekarang.

Tazkiyatun nafs atau proses mengembalikan kemurnian jiwa bisa dilakukan di bulan Ramadan. Rasulullah saw mengingatkan kepada kita semua ada oknum yg hanya mendapat lapar dan dahaga saja di puasanya. Mengapa demikian? Sebab dia lalai tidak berlatih menahan diri dari perkara-perkara yg merusak pahala puasa. Seperti ghibah. Puasa merupakan alarm/pengingat atai sarana bagi pelakunya untuk menajamkan hati dan pikiran demi mencapai ma'rifatullah (mengenal Allah swt) lebih jauh. Semoga ketika kita telah mencapai titik ma'rifatullah, akan tercipta kecintaan yg dalam kepada Allah swt dan Rasulullah saw sehingga kita enteng dalam melakukan kebaikan dan berat ketika ditawarkan keburukan. Demikian uraian dari ustazah Muth.

Lalu bagaimana proses pencapaian tazkiyatun nafs tadi? Ustazah Muth mengingatkan kita semua untuk fokus pada pencapaian derajat ketaqwaan. Dengan cara apa? Nah ini merupakan pekerjaan seumur hidup. Bukankah dunia dan segala isinya selalu menawarkan kekeruhan jiwa? Satu-satunya cara adalah mempelajari al-Quran. Di dalamnya terdapat ayat-ayat yg menginfokan karakter-karakter taqwa. Mari kita memupuk semangat tinggi untuk mempelajari ayat-ayat al-Quran. Kepada Allah swt kita Menggantungkan permohonan supaya kita selalu dalam penjagaan dan bantuanNya untuk mencapai derajat ketaqwaan. Amin.


Keterangan foto: sebelum kajian dimulai, Masjid melakukan santunan rutin kepada anak yatim piatu yang tinggal di komplek kami dan sekitarnya. Panitia donatur berganti di antara RW 23 dan RW 24. Takdir Allah petugas pengumpul donasi bulan ini RT saya, 02. Saya mendapat banyak kebaikan dalam hal ini. Perasaan yg paling saya senangi adalah menyaksikan para dermawan berlomba untuk memberikan harta terbaik mereka. Terima kasih banyak kami haturkan pada para donatur. Saya memiliki keyakinan yg tinggi, santunan anak yatim ini akan menjaga warga Pinus dari musibah dan mala petaka. Insya Allah.

Komentar

  1. Jazakillah khairan katsiraa, tulisqn yg sngat bermanfaat, dqlqm ranfka kita mempersiapkan diri menyambut bulan suci Ramadhan

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang yang Dirindukan Nabi Muhammad

Memakmurkan Masjid

Bermain di Kamar