Iman dan Keshalihan

Kemuliaan seorang manusia tidak ditentukan oleh seberapa tinggi jabatannya. Tolok ukurnya bukan sebagus apa pakaian yang dikenakannya. Bukan pula sebanyak apa harta kekayaannya. Mari kita mengingat sejarah.

Adalah Qarun, sang konglomerat, memiliki kebiasaan memamerkan harta kekayaannya. Ia membawa sepuluh pria kekar dan kuat hanya untuk memanggul kunci-kunci harta kekayaannya. Dalam riwayat Isra' mi'raj, Rasulullah saw. melakukan dialog dengan Nabi Musa as. Melalui percakapan dalam dialog itu kita tahu bahwa umat Nabi Musa as memiliki fisik yang lebih Kuat dibandingkan dengan umat Nabi Muhammad saw.

Qarun adalah umat Nabi Musa as . Apakah dengan kekayaan Qarun yang melimpah lantas menjadikannya mulia di mata Allah swt? Sekali-kali tidak. Bila kita mendengar istilah harta karun barangkali yg dimaksud adalah Qarun, sepupu Nabi Musa as yg dibenamkan oleh Allah di dasar bumi sebab sikap pamer dan pelitnya itu.

Hal ini dialami pula oleh Raja Fir'aun, tepatnya Ramses II. Ramses II telah kaya sejak lahir. Dari kecil dia seorang pangeran. Ia tidak pernah jatuh sakit. Kesejahteraan yg ia nikmati membentuknya menjadi seseorang yang mengaku tuhan. "Ana Rabbukum al-A'la" (al-Nazi'at ayat 24) yang artinya, Aku tuhan kalian yang paling tinggi. Kata Ramses II alias ayah angkatnya Nabi Musa as. Namun di akhir nafasnya ia mengiba pada Nabi Musa as, "Aku percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan yg dipercayai oleh Bani Israel. Dan aku termasuk orang-orang yg berserah diri." (Yunus: 90)

Berdasar pada dua kisah di atas, monarkhi dan konglomerasi tidak berhasil mengetuk Kasih Sayang Allah. Malah mereka dihinakan. Lalu apa yg menjadikan manusia mulia dalam pandangan Allah swt? Pak H. Ramlan Syukur, ketua DKM masjid Babussalam, mengingatkan bahwa keimanan yg disusul perbuatan luruslah (amal shalih)  yg membuat hamba menjadi mulia di Mata Allah swt.

Adalah Tuan Bilal dan Tuan Zaid bin Haritsah telah menyandang predikat kemuliaan. Tadinya mereka berdua seorang budak. Tuan Bilal mengalami penyiksaan yg luar biasa demi mempertahankan keimanannya. "Ahad. Ahad. Ahad" adalah ucapan yg diteguhkannya saat batu besar menindih dadanya di tengah siang hari. Lalu siapa tuan Zaid bin Haritsah? Ia adalah sahabat yg sangat dicintai Rasulullah saw dan ia cinta kepada Rasulullah saw.  Wataknya halus, perangainya bagus. Salah satu perjuangan hidup sahabat Zaid bin Haritsah terekam dalam Surat al-Ahzab ayat 4 dan 37. Silahkan merujuk ke kedua ayat tsb bila ingin tahu mengapa ia begitu dicintai Rasulullah saw dan Allah swt.

Keimanan dan amal shalih adalah dua hal yg tidak bisa dipisahkan. Belum disebut beriman bila tidak diuji dengan kuis kehidupan. Apakah cobaan-cobaan yg Allah swt Berikan mampu mempertahankan keimanan kita? Di balik rizki yg kita upayakan, kita diuji berbagi dengan anak yatim. Di saat-saat kita egois, kita diuji kesabaran menghadapi perilaku sahabat, tetangga, anak, pasangan, dan orangtua yg kurang tepat menurut pandangan kita. Saat kita galau, sedih atau jiwa lawwamah sedang mendominasi, kita diuji oleh keputusan-keputusan diri kita sendiri. Apakah kita kembali kepada jiwa ammarah (jiwa yg selalu mengajak kepada keburukan) atau justru kita meniti jalan ma'rifatullah (mengenal Allah). Pak H. Ramlan Syukur memberikan tiga tips untuk menguatkan iman kita melalui perilaku keseharian.

Pertama. Perhatikan niat. Niat menentukan hasil akhir. Dengan niat, semua aktifitas sehari-hari menjadi bernilai. Begitu kita bangun tidur, niatkan seluruh aktifitas kita lillah/karena Allah. Kita masak mengucap bismillah. Kita merawat pasangan dan anak bismillah. Kita beres-beres rumah bismillah. Kita bekerja bismillah. Bila asma Allah disertakan di seluruh aktifitas keseharian kita insya Allah kita akan jauh lebih berhati-hati dalam menjalankan hidup. Asma Allah sebagai alarm/tanda pengingat bila kita melenceng dari niat awal.

"Innama a'maalu bi al-niyyat." (sesungguhnya segala amal perbuatan tergantung niatnya).

Semoga Allah mewafatkan kita dalam keadaan iman kepadaNya, kepada malaikat-malaikatNya, kepada Rasul-rasulNya, kepada kitab-kitab suciNya, kepada takdir buruk dan baikNya, dan kepada hari akhir. Niat baja/azzam yg kuat adalah modal untuk meraih sederetan keimanan tersebut. Semoga Allah menyampaikan niat baik kita semua.

Kedua. Mengembangkan akhlak Rasulullah saw. Nabi Muhamad saw adalah contoh manusia yg sempurna. Dia di utus di dunia ini sebagai penyempurna akhlak. Ketika Ibunda Aisyah ra ditanya sahabat bagaimana akhlak Rasulullah, sang ibunda menjawab mantap bahwa Rasulullah saw adalah al-Quran berjalan. Ketika memiliki cita-cita berakhlak seperti akhlaknya Rasulullah itu berarti kita wajib mempelajari al-Quran. Tartil bacanya, hak tajwid setiap huruf ditunaikan. Membaca terjemahnya. Memahami tafsirnya. Prosesnya panjang dan mungkin melelahkan bagi yg baru menapak di jalan suci ini. Namun tergantung pada niat, poin pertama. Wilayah kita ada di niat dan ikhtiar semampunya. Allah yg akan Mengurus sejauh mana pencapaian dari apa yg kita niatkan.

Rasulullah saw selalu membawa dan menjamin kenyamanan bagi siapa saja yg berdekatan dengannya. Pesan beliau, "Lakukan kebaikan semampu kita. Bahkan menyingkirkan kerikil dari jalan itu merupakan sedekah." Bila sabda ini dikaitkan dgn jaman now barangkali cocok dengan menahan diri untuk tidak mudah menyebar berita yg belum tentu kebenarannya dapat dipastikan. Info-info masif seputar kesehatan, politik, gosip dan tema apa saja yg memenuhi kepala kita. Sebaiknya kita tidak mudah meng-share-nya. Insya Allah ada pahala di sana. Supaya apa? Hidup kita menjadi tenang, tidak mudah panik dan keimanan kita terjaga dari berita-berita hoax.

Pak H. Ramlan Syukur juga mengingatkan kepada kita sabda rasul saw yg mengatakan bahwa malu itu sebagian dari iman. Apa jadinya bila kita tidak memiliki rasa malu lagi. Mungkin saat yg lain puasa Ramadan, kita melenggang bebas makan dgn alasan misalnya haid. Kalau malu itu tiada, mungkin kita akan sembarangan mencaci maki apa-apa yg tidak kita sukai. Malu itu seharusnya kita tujukan pada Allah. Allah menghibur kita ditengah-tengah sulitnya menghadapi kehidupan dengan firman, "memakmurkan masjid adalah salah satu dari sekian banyak ciri-ciri orang yg bertaqwa." Harusnya kita malu abai dengan nasehat Allah tersebut. Semoga kita selalu semangat latihan malu sebelum Allah tunjukkan aib-aib kita di hari perhitungan kelak. Saat tabir itu dibuka selebar-lebarnya. Mari kita latihan malu. Woke? Woke? Woke?

Ketiga. Pak H. Ramlan Syukur mengingatkan pada kami, pengurus dan jamaah untuk bersatu padu. Kompak. Beliau juga mengingatkan sekawanan domba yg tercerai berai akan mudah diintai oleh serigala. Kita adalah domba yg tersesat bila sendirian. Kekuatan bisa terhimpun bila berjamaah. Mudah diterkam bila berpisah dari rombongan. Mengapa para nabi itu sebagian besar pernah berprofesi sebagai penggembala? Kapan-kapan saya akan menulis kisah domba, serigala dan penggembala ini jauh lebih lengkap. Insya Allah.

Inti dari pesan H. Ramlan Syukur adalah pelantikan pengurus MT Babussalam sebagai wadah ibu-ibu shalihah dalam mencetak generasi rabbani yg cerdas dan shalihah. Mampu menciptakan rumah tangga yg sakinah, mawaddah, rahmah dan amanah dan menularkan gagasan/ide kepada generasi muda supaya tercipta keturunan yg Qurratu a'yun. Sebuah istilah untuk menyenangkan pandangan bagi siapa saja yg menyaksikan. Keturunan yg ketika orang lain memandang akhlaknya ingat kepada kenikmatan yg Allah swt berikan.

Wallahu a'lam.


Keterangan foto: pelantikan pengurus baru masa bakti 2018-2022.

Komentar

  1. iman dan kesalihan tak terpisahkan. Subhanallah. terima kasih sudah menulis ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Rabb. Makasih, cik, sudah memberi penghargaan utk latihan menulisku, dgn membacanya memberinya komenmu ini. Makasih banyak.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang yang Dirindukan Nabi Muhammad

Memakmurkan Masjid

Bermain di Kamar