Miliki Cinta yang Berpikir

Narasi buku Cinta Yang Berpikir, Ellen Kristi, bagian Miliki Cinta Yang Berpikir, hlm. 9-11.

Suasana akrab komunitas belajar Charlotte Mason Tangerang Selatan betul-betul membuat hati haru. Bagaimana tidak! Siang itu saya mengendarai motor menuju tempat diskusi. Dengan membonceng Nawa di belakang dan Mada di depan. Diskusi diadakan tiap Kamis siang, saat jam tidur anak-anak. Wajar bila menuju ke tempat tujuan Nawa dan Mada tertidur. Angin sepoi membelai mereka saat di perjalanan.

Begitu tiba di rumah Mbak Arum (tempat diskusi kami), Mbak Arum dan Mbak Nares tanpa saya minta langsung sigap menolong anak-anak yg tertidur di motor. Hati saya trenyuh. Kami baru dua kali jumpa. Pikiran saya melaung ke perkataan Pak Muhsin Labib, "Banyak orang seagama tapi tak seiman. Banyak orang tak seagama tapi seiman." Peserta, kelompok diskusi CM Tangsel ini multikultural. Muslim dan Kristyana. Doaku beberapa tahun lalu dikabulkan Allah. Yakni ingin memiliki teman beda agama. Alhamdulillah mestakung, alam semesta mendukung. Charlotte Mason menyatukan keimanan kami seputar pengasuhan anak. 

Saya tidak akan lupa. Pengakuan demi pengakuan yang bersound track isakan air mata pada pertemuan pertama. Kami melakukan semacam pengakuan dan penyesalan terhadap anak-anak kami. Hati dan pikiranku ikutan melumer. Kami tidak sendiri berjalan dalam kesulitan ini. Pengakuan kami ini sebagai langkah awal untuk mencari solusi bagaimana mengisi amunisi cinta kami dengan cinta yang berpikir, a thingking love.

Diam-diam saya angkat topi atas komunitas ini. Tak semua orang mampu mengakui emosi negatif. Dan mayoritas orang, pandai menyangkal emosi-emosi negatif itu. Dan penyangkalan ini justru memperburuk keadaan batin seseorang. Dengan demikian kesembuhan akan kian jauh dari jangkauan.

Saya meyakini dengan sepenuh hati, kehadiran anak di dalam kehidupan seorang bapak dan ibu akan mengubah atau justru kian memantapkan visi misi hidup mereka. Seorang ibu yg tidak gemar sayur akan merasakan kebutuhan terhadapnya. Melahirkan anak tentu mengurangi stok kalsium. Sayur merupakan penyedia kalsium, di samping susu, dan kacang-kacangan. Yang malas-malasan olahraga suatu saat akan semangat melakukannya. Dalam mengawal tumbuh kembang anak, orangtua dilarang sakit. Manfaat olahraga salah satunya adalah meningkatkan daya tahan tubuh agar kebal dari serangan penyakit.

Satu waktu saya bertanya pada Nawa, anak pertama saya, "Nawa, kamu diasuh Mbak Nunuk aja ya. Mamah di Pinus, kamu di kampung. OK?" Mbak Nunuk adalah sepupu Nawa. Dia perempuan lembut, damai, tidak suka konflik. Semua anak-anak akrab dengannya. Tak terkecuali Nawa. Saya tidak basa-basi saat bertanya demikian. Atau menakuti Nawa supaya dia menuruti semua arahan saya. Saya frustasi dengan keadaan saya sendiri yang mudah kalap saat Nawa rewel. Tak tersisa sedikitpun kebaikan pada diri saya di kondisi demikian. Menyesal dan mengulangi kekalapan seperti dua hal tak terpisahkan.

Saya sangat memahami berita-berita di mana seorang ibu mengakhiri hidupnya setelah membunuh anak-anaknya, darah dagingnya sendiri. Ketika berita buruk itu secara tidak sengaja saya dengar atau baca, seketika saya membatin. "suaminya apa kabar? Keluarga besarnya peduli tidak? Tetangganya cuek apa perhatian ya? Seorang yang depresi butuh perhatian dan bimbingan, bukan cemoohan. Saya serius mengucapnya. Saya mantan penderita depresi. Dan mempunyai semangat untuk sembuh. Menarasikan buku Cinta yang Berpikir salah satu cara saya untuk sembuh dari depresi.

Dalam buku Cinta yang Berpikir disebutkan. Psikolog Kerry Frost dalam bukunya What Child Are You Bringing Up? memberi penjelasan mengapa orangtua sampai tega berbuat brutal kepada buah hati mereka sendiri. Inner child  menjadi salah satu alasan. Orangtua mengalami kekerasan fisik, verbal dan mental pada masa lalunya. Frost bersikap keras terhadap orangtua jenis ini. Ia mengajukan pertanyaan untuk direnungkan, "Jelas sekali ada banyak orangtua yang tidak layak memiliki anak, tanyai diri kalian sendiri apa kalian siap? Apakah kalian masih menyimpan trauma masa kecil? Apakah sebagai pribadi kalian mudah sekali meledak dan mudah berkata kasar? Kalau kalian masih mengidap gangguan mental, pertimbangkan lagi apa kalian mampu membesarkan anak dengan sikap pengertian dan dukungan emosional yang konsisten?" (Frost dalam buku Cinta yang Berpikir, hlm. 10).

Barangkali sebelum saya kenal manual filsafat pendidikan Charlotte Mason, Cinta yang Berpikir yang ditulis Ellen Kristi, saya akan tambah depresi membaca kata-kata Frost di atas. Sebab ia menunjuk batang hidung saya langsung. Sungguh melegakan kata-kata Ellen Kristi yang memotifasi orangtua-orangtua sejenis saya. Ia mengatakan, "Trauma dan dendam masa kecil, kelemahan karakter, kurangnya pengendalian emosi - manusia mana yang tumbuh dewasa sama sekali bebas dari semua itu?"

Tahun 2012, saya diajak guru saya berkunjung ke Malang. Kami menginap di rumah sepasang suami istri yang ramah, tampan dan cantik, kaya raya, dermawan, semangat bekerja. Ia salah satu pemilik merk emas terkenal di Malang. Singkat kata, kami bergosip mengapa pasutri sebaik mereka hanya ingin memiliki satu anak? Saya curi dengar, mereka khawatir akan ditanyai Allah kelak dengan amanah anak yang mereka pikul. Sekarang saya memahami sikap mereka. Mereka yang saya anggap sempurna untuk menjadi orangtua ideal juga memiliki kegelisahan tersendiri. Saya kira banyak pasutri yang mikir panjang untuk memiliki anak. Ketidaksiapan mungkin salah satu alasannya. Entah tidak siap mental atau tidak siap modal.

Memikirkan kritik keras Frost dan saran Ellen Kristi untuk menanggapinya dengan positif, saya jadi punya ide besar. Meskipun saya belum selesai dengan diri sendiri dan sedang proses menuntaskan kepribadian, suatu saat saya ingin menginisiasi, mendirikan kelompok belajar serba serbi pernikahan dan pengasuhan bagi muda dan mudi. Sebelum mereka mengambil keputusan penting untuk menyatukan cinta mereka dan cinta itu mewujud seorang bayi yang lucu sekaligus pemicu stres mereka. Modal cinta saja tidak akan cukup menjawab kompleksitas pengasuhan. Memang cinta yang mendalam dibutuhkan untuk membesarkan buah hati mereka. Namun cinta buta yang tidak didasari ilmu akan membawa kesengsaraan bagi mereka. Cinta itu harus berpengetahuan, disertai perenungan dan pemikiran. "Untuk mendesain sepatu atau membangun rumah, untuk mengelola kapal atau mesin kereta api, dibutuhkan program magang yang panjang. Apakah menyingkapkan kemanusiaan seorang anak dalam tubuh dan pikirannya dianggap lebih sederhana dari itu sehingga siapapun boleh memegang kekuasaan dan mengelolanya tanpa persiapan apapun? Bukankah gila jika tidak ada syarat apa pun untuk tugas sedemikian kompleks?" (Charlotte Mason dalam Buku Cinta yang Berpikir, hlm. 11).

Bukan tidak mungkin penderita gangguan jiwa akan sembuh. Dengan keseriusan menapaki jalan kesembuhan dan dukungan orang-orang tercinta tentu saja. Bila teman-teman penyuka film, silahkan menonton film A Beatiful Mind. Menggambarkan kisah perjuangan seorang ahli matematika genius yang bernama John Forbes Nash, yang berhasil menciptakan konsep ekonomi yang kini dijadikan dasar dari terori ekonomi kontemporer. Selama perang dingin berlangsung, Nash mengidap schizophrenia yang membuatnya hidup dalam halunisasi dan selalu dibayangi ketakutan hingga ia harus berjuang keras untuk sembuh dan meraih hadiah nobel tahun 1994. Saat ia memasuki usia senja. Ada adegan saat Profesor Nash memandikan bayinya. Ia meletakkan anaknya di wastafel dan menyalakan kran. Ia meninggalkannya. Hampir bayinya tak bernafas. Beruntung istrinya sigap menolong. Saya ingin mengatakan, kisah profesor John Forbes Nash ini nyata namun ia berhasil keluar dari kesulitannya berkat kegigihan untuk sembuh dan dukungan istrinya. Bukan tidak mungkin mamak-mamak penderita depresi di luar sana sembuh berkat kesungguhan sikap care kita. Dan tentu saja kesungguhan untuk sembuh itu harus bermula dari si mamak yang kece badai. Insya Allah, pertolonganNya dekat bagi orang-orang yang serius mencari jalan kesembuhan dariNya. Seperti saya. Sebuah rizki tak terkira bertemu dengan komunitas Charlotte Mason Indonesia yang diprakarsai oleh Ibu Ellen Kristi. Mohon doanya.




  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang yang Dirindukan Nabi Muhammad

Memakmurkan Masjid

Bermain di Kamar